Sabtu, 11 Februari 2012

Percakapan Absurd (Part 2)

Sepertinya malam ini aku akan kembali mengakrabi keluanganku. Aku merasa sendiri lagi. Hiruk pikuk itu telah selesai. Kebekuan dan cerita, tetap menjadi percakapan asik dan masygul di antara kita.
"Tanganku, apa kau memiliki ide atau pendeskripsian tentang hari ini ? Karena aku lelah mengais kenangan detik yang telah berlalu", keluhku.
"Sudah, ikuti saja diksi demi diksi episode kali ini. Ada satu pelajaran yang akan kau dapatkan melalui parafraseku", jawab tanganku.
"Kau tau tidak ? Aku telah menemukan celah angkuh di tiap perkataannya. Huhh,, lantas manusia macam apa yang seharusnya aku pilih ? Apa kau pikir cinta bisa berubah secepat itu ? Secepat yg tak pernah terpikirkan", masih dengan nada mengeluh.
"Tapi apa kau yakin yang kau rasakan itu cinta ? Ah, pikir lagilah", tanya hati.
"Hahaha, aku sungguh bodoh ya? Tidak benar-benar mengenalnya. Yah, tentu saja aku tak tau banyak tentang dia. Aku kan bukan ibunya",
"Lelucon apa yang baru kau utarakan ? Benar-benar tidak lucu", tandas hati.
"Entah. Leluconku jadi semacam pembelaan bahwa aku memang tidak salah. Benar kan ?, tanyaku lagi.
"Sudah larut malam. Kenapa kalian masih mempercakapkan hal yang tak jelas ? Tak kasihankah kalian ? Aku kedinginan sejak sore tadi. Yah, meskipun pada akhirnya aku fresh, karena bisa melihat keindahan kota ini dari puncak yang cukup tinggi", mata menimpali.
"Belum ada kesepakatan bahwa malam ini kita akan melewatinya dengan terlelap atau tetap awas", kata hati.
"Yahhh, kalian membuat ideku semakin kacau. Hmmm, alangkah baiknya kita sudahi saja. Karena kebuntuan menyerangku", keluh pikiran.
"Baiklah", jawab hati, mata, tangan serempak.


(Layar belum mati, aku masih berpikir)

Malang, 12 Feb 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar