Rabu, 01 Februari 2012

Darah yang Telah Mengering

Semayup merdu ayat-ayat suci Al-Qur'an hentakkan aku yang masih tetap terjaga, pagi ini. Ajaib atau memang sudah menjadi kebiasaan ? Aku belum tertidur dan mata pun enggan menunjukkan tanda-tanda ingin terlelap. Dulu aku sempat berpikir, kenapa dulu aku tidak kuliah di keperawatan saja, hingga untuk masalah piket malam, aku sangat sanggup. Bahkan seorang diri pun aku sanggup menjalaninya. Tentunya tanpa keluh. Lain ceritanya jika pasien membludak (jadi ingat mantanku yg seorang perawat, hahaha).

Sebenarnya yang menjadi masalah bukan karena aku tidak ingin tidur atau mengistirahatkan pikiranku sejenak saja. Akan tetapi, aku baru sadar ternyata aku sedang memikirkan betapa tidak nyamannya kumenyayangi dan mencintai seseorang (yg belum sempat kutemui karena antara) saat ini. Rabb_ku, aku hanya tidak ingin mendahului ketetapan-Mu. Bukankah masa depan masih dalam kegaiban? Sebaris kalimat itulah yg mampu menguatkanku ketika kumulai tak paham dg semua ini. Siapa yg berhak mengetahui nasibku kelak ? Aku hanya percaya pada-Mu Rabb_ku. Tuhan seru sekalian alam.

Ahhh, tidak,,, tidak,,,
 penyelesaian dari ketidakpahamanku bukanlah dengan air mata. Menangis bukanlah jalan. Itu hanya membuatku semakin terperangah akan kegamanganku sendiri. Tapi dia,,, dia sendiri telah jelas menunjukkan akan hal itu. Dan lagi-lagi aku merasa belum sanggup untuk mengutarakan ketidakmengertianku, karena aku dengannya hanya sebatas sahabat, meskipun keinginan untuk bersama tetap ada. Tapi, ahhh,, terserahlah. Aku hanya hidup untuk hari ini,
ya... untuk hari ini,
karena hari ini milikku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar